Jumat, 05 Februari 2010

Profil dari Negara Inggris

Nama : Yulita Novianti
Kls : Gabungan 2
Jam : 15.30 - 17.10



Motivasi dalam bekerja @ mesinkasir dari negara Inggris



Banyak hal yang membuat seseorang bisa termotivasi dalam bekerja, salah satunya adalah “uang”, namun benarkah uang …??

Bila kita pernah membaca, melihat ataupun mengikuti seminar ataupun traning, anda pasti pernah tahu theory maslow.

Teori pyramid maslow (nama lengkapnya Abraham Maslow) yang sudah terkenal itu menyatakan bahwa manusia termotivasi dalam bekerja karena adanya kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan sandang pangan dan papan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka seseorang akan termotivasi bekerja dengan giat agar kebutuhannya terpenuhi.

Maslow membuat level pyramidnya menjadi 8 tingkatan, walaupun menurut dia tingkatan tersebut tidak mesti berurutan, karena bisa saja lompat 2 level keatasnya lagi namun pada umumnya bila kita bicarakan motivasi di dunia kerja maka akan muncul uruta seperti teori maslow diatas.

Menurut maslow, seseorang termotivasi dalam bekerja dibagi dalam beberapa level :

  1. Kebutuhan dasar pertama adalah sandang dan pangan. Untuk memperoleh sandang pangan yang bisa tercukupi maka seorang karyawan akan termotivasi untuk bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan dasar mereka. (Contoh : kebutuhan makan, pakaian, selimut dll)
  2. Setelah kebutuhan dasar pertama terpenuhi maka mereka akan membutuhkan keamanan dan ketentraman dalam bekerja. Motivasi dilevel ini sudah menuju pada rasa aman dan nyaman dalam bekerja dalam artian status dia diperusahaan tsb (Contoh ; bila kita pegawai kontrak tentunya kita merasa tidak aman dengan pekerjaan kita, atau lingkungan pekerjaan yang tidak kondusif baik lingkungan internal maupun eksternal).
  3. Bila level 2 sudah terpenuhi maka akan meningkat lagi pada kebutuhan akan dicintai, dimiliki dan diakui dalam lingkungan kerabat, saudara dll. Di level ini seseorang ingin menunjukkan eksistensinya kepada orang yang dikenal baik olehnya dengan memberikan sesuatu yang telah dia dapatkan (contoh ; mentraktir makan bila gajian awal bulan, beli kado special kepada orang yang dicintainya dll)
  4. Kemudian seseorang akan termotivasi ingin meraih suatu prestasi yang lebih tinggi lagi, status dilingkungan kerjanya, tanggung jawab yang lebih besar lagi. (contoh : diberikan tanggung jawab lebih lagi, adanya prestasi yang ingin dicapai)
  5. Kognitif yang dimaksud disini adalah kebutuhan akan ilmu, informasi yang lebih luas lagi, ada yang masih SMU ingin S1, kemudian kuliah lagi S2. Ada yang tidak bisa bahasa inggris yang baik maka dia mengambil kursus bahasa Inggris demikian seterusnya. Hal ini akan dilakukan bilamana kebutuhan dasar dibawahnya sudah berada pada zona aman dalam arti terpenuhi dengan baik.
  6. Berbeda level komunitas maka berbeda pula kebutuhan akan estetika. Semakin tinggi posisi seseorang maka lingkungan komunitas pun akan ikut tinggi juga, sehingga kebutuhanny akan mengikuti juga. Sebagai contoh, seorang staff yang biasanya naik motor butut karena dipromosi menjadi seorang Supervisor maka dia akan membeli motor tiger (misal), setelah itu naik lagi maka dia akan membeli mobil dst dst.
  7. Sesudah kebutuhan dasar terepenuhi maka meningkat ke level selanjutnya yaitu kebutuhan perkembangan, salah satunya adalah aktualisasi diri. Seseorang termotivasi lagi kelevel selanjutnya bilamana kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Aktualisasi diri bisa juga cita-cita, bakat diri yang terpendam. Seseorang termotivasi karena dia ingin mengaktualisasikan bakatnya.
  8. Level terakhir adalah transendental atau membantu orang lain. Dengan terpenuhinya segala kebutuhan diatas maka seseorang termotivasi lagi untuk membantu orang lain secara totalitas, misalnya donatur tetap, mengangkat anak asuh dll. Dan ini dilakukan secara totalitas tanpa mengganggu kebutuhan dasar mereka.

Masih menurut Maslow, tingkat kebutuhan diatas tidak mesti harus berurutan, bisa saja naik ke 2 level diatasnya lagi. Namun pada umumnya kebutuhan dasar manusia bertingkat seperti pyramid yang digambarkan oleh Maslow.

Begitu juga seorang pemimpin, harus tahu siapa yang sedang dihadapinya pada saat dia memberikan motivasi ke bawahannya, contoh seorang Manager retail department Cashier di Carrefour yang sedang memotivasi Cashier Staff kontrak. Bila yang dihadapinya adalah Cashier Staff kontrak ya jangan memberikan motivasi yang muluk-muluk misal “harapan saya anda bisa menjadi seperti saya Cashier Head”, padahal cashier kontrak masih berada pada level dasar pyramid maslow, artinya dia masih berusaha mencukupi sandang dan pangannya, syukur-syukur bila dia bisa diangkat menjadi karyawan tetap. Disitulah pentingnya seorang pemimpin mengetahui tingkat kebutuhan seorang bawahannya.

Adapun Motivasi lain yang sekarang di terapkan metodenya di negara maju seperti Amerika dan jepang serta negara eropa lainnya, yaitu motivasi dari dalam diri atau intrinsic motivation.


Motivasi dari dalam maksudnya adalah kesadaran dari dalam diri. Di dunia retail ada banyak posisi yang ditawarkan kepada pencari kerja. Salah satunya adalah menjadi Bakery Sales Manager, namun masalahnya tidak semua bakery sales manager memiliki background pendidikan yang sama dibidangnya yaitu dari bakery & pastry.

Sehingga yang terjadi adalah yang bersangkutan tidak memiliki Soul atau jiwa dibidangnya sendiri. Hanya dengan training yang diberikan oleh perusahaan selama 4 bulan maka jadilah dia seorang Baker. Dia bekerja sesuai dengan apa yang telah di trainingkan selama ini oleh perusahaannya tanpa berusaha mengembangkan lagi ataupun membuat inovasi-inovasi baru, dia hanya bekerja sesuai standart yang telah diberikan saja.

Disitulah pentingnya motivasi positive intrinsic dari dalam diri seseorang, intinya adalah mencintai pekerjaannya sendiri, bukan bekerja karena sesuatu imbalan atau hadiah (positive extrinsic) bukan karena dimarahin oleh atasan baru bekerja giat (negative Extrinsic) bukan juga karena atasannya menegurnya dengan kalimat yang negative sehingga baru termotivasi untuk bekerja dengan tekun (negative intrinsic).

Pointnya adalah “Cintailah Pekerjaan Anda Bukan Perusahaan Anda, Karena Kita Tidak Pernah Tahu Kapan Perusahaan Kita Berhenti Mencintai Kita”





Motivasi Dalam pekerja 2 dari negara Inggris


1. Kerja Keras

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.



2. Malu

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.


3. Hidup Hemat

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, orang Jepang ramai2 belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas

Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.


5. Inovasi

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah

Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita.

Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).



. Budaya Baca

Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.

Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.


8. Kerjasama Kelompok

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.


0. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi refleksi orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang.

Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.


  • tujuh teori motivasi dari Negara Inggris


Pada umumnya para ahli teori perilaku beropini bahwa dalam setiap perilakunya manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Keberadaan tujuan tersebut, menjadi tumpuan sinergi dengan para ahli teori motivasi yang berusaha berfikir dan mencari cara agar manusia dapat didorong berkontribusi memenuhi kebutuhan dan keinginan organisasi. Tenaga kerja penting dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa motivasi mereka bekerja dalam keadaan sakit hati yang menjurus pada ketiadaan kontribusi bahkan terbuka peluang kontribusi yang merugikan. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap. Terlepas menerima atau tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui jenis-jenisnya adalah memberikan kontribusi silang saling memenuhi. Seperti seseorang berusaha keras mencari pekerjaan yang tidak lain mengimplementasikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Lantas bagaimana dengan fakta bayi yang baru dilahirkan adalah bukan langsung makan tetapi dia menangis yang tidak lain kebutuhan sosial. Juga masih tentang bayi, beberapa penelitian membuktikan bayi menangis jika ingin disusui oleh ibunya. Yang paling tidak lucu tampak kejadian banyak perusahaan merekrut tenaga penjualan langsung dengan syarat memiliki kendaraan beroda empat (Mobil). Secara umum diketahui Frederick Herbertg berteori dua situasi yang mempengaruhi tenaga kerja saat bekerja. Situasi pertama,yaitu, pemuasan yang berarti sumber kepuasan kerja seperti:prestasi, pengukuhan hasil kerja, daya tarik pekerjaan, dan tanggung jawab serta kemajuan. Situasi kedua tidak lain ketidak puasan yang bersumber dari: kebijakan, supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja. Dalam hal ini, jika situasi pertama tidak ada tidak menimbulkan ketidak puasan berlebihan. Karena ketidakpuasan muncul dari tidak memperhatikan situasi kedua. Perhatian terhadap indikator situasi pertama menjadi motivasi tenaga kerja dalam bekerja. Tampak berbasis teori ini jika ingin tenaga kerja termotivasi maka mesti memberikan situasi pertama. Kemudian Mc Gregor terkenal dengan teori X dan teori Y. Teori X memberikan petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia lebih suka diawasi daripada bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja, motivasi utamanya memperoleh uang dan takut sanksi. Sebaliknya teori Y mengarahkan manajer mesti terbuka dan mendorong inisiatif kompetensi tenaga kerja. Teori Y berasumsi manusia suka kerja, sebab bekerja tidak lain aktifitas alami. Pengawasan sendiri bersifat esensial. Dengan demikian, teori X kurang baik dan teori Y adalah baik. Tidak ..tidak demikian melainkan secara bijak teori X dan Y digunakan sesuai keadaan. Terkadang mesti egois, dan terkadang juga demokratis. Intensitas motif seseorang melakukan sesuatu adalah fungsi nilai setiap hasil yang mungkin dicapai dengan persepsi kegunaannya. Motivasi sama dengan hasil dikali nilai terus hasil perhitungannya dikalikan kembali dengan ekspektasi. Akan tetapi hal tersebut, bersyarat manusia meletakkan nilai kepada sesuatu yang diharapkannya dan mempertimbangkan keyakinan memberi sumbangan terhadap tujuan. Lantas kemampuan bekerja dan persepsi yang akurat tentang peranannya dalam organisasi diperlukan. Demikian itu, merupakan teori motivasi harapan dimana Vroom ialah orang yang menelurkannya. Sedangkan Porter dan Lawler memberikan peringatan persepsi usahayang dilatarbelakangi kemampuan dan peranan kerjanya menghasilkan cara kerja yang efektif untuk mencapai prestasi baik inisiatif sendiri maupun bukan inisiatif sendiri sehingga memperoleh imbalan yang layak dan kepuasan. Teori motivasi prestasi menegaskan manusia bekerja didorong oleh kebutuhan prestasi, afiliasi, dan kekuasaan. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan seseorang mengambil tugas secara konsisten bertanggung jawab dimana untuk mencapai tujuannya ia berani mengahdapi risiko serta memperhatikan feedback. Kebutuhan afiliasi ditunjukan oleh keinginan bersahabat, memperhatikan aspek antar pribadi, bekerja sama, empati, dan efektif dalam bekerja. Sedangkan kebutuhan kekuasaan tampak pada seseorang yang mau untuk berpengaruh terhadap orang lain, cepat tanggap terhadap masalah, aktif menjalankan kebijakan organisasi, senang membantu orang ldengan mengesankan dan selalu menjaga prestasi, reputasi serta posisinya. Sekarang kita coba integrasikan teori-teori yang telah dikemukakan dengan basis pendekatan integratif. Kombinasi dari dua arah gejala harapan dan kebutuhan sebagai usaha memotivasi. Berbasis pendekatan demikian, maka kita kenal tiga hal tentang motivasi kerja. Pertama, kebutuhan individu yang terpenting adalah pencapaian, kekuasaan, afiliasi, perhitungan, ketergantungan, perluasan. Kedua, motivasi kerja berkembang pada kekuatan yang diubah dalam pola kebutuhan dan kepercayaan untuk bekerja dalam organisasi. Ketiga, hasil akhir psikologis orang bekerja tidak lain kepuasan yang diperoleh dari kerja dan peranannya. Pendek kata memotivasi dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan dan kepuasan tenaga kerja dimana organisasi dapat menetukan sendiri pola kebutuhan dan kepuasannya tanpa mengabaikan tenaga kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar